Kamis, 17 November 2011

Renata 10 (This is the final..!!)

Suara gue menggantung di ujung telepon, menggigit bibir bawah. Entah kenapa, kali ini gue sangat gelisah.
"Ini tentang pacarku" lanjut suara bernama Kak Dino tadi.
"Oke, boleh dilanjutkan" kataku mengambang.
Diseberang sana, terdengar jelas helaan nafas panjang. "Dulu, aku sama pacarku baik-baik saja. Pergi berdua. Aku polos dia lucu. Dia adalah seorang penyiar radio. Ya! aku sangat mendukungnya. Ah, aku kadang meningat dia sebagai memori yang indah. Dia sebenernya lebih suka ngomong pake gue-lo. Tapi aku suruh dia pake kata aku-kamu, dan dia nurut gitu aja" Jeda cowok itu sambil tertawa kecil. Gue mulai ngerasa ada yang salah.

Ini ada apa?
Penyiar radio?
Siapa?
Kak Dino itu siapa?

"Dan sampai suatu saat, ada hal yang mengharuskan dia bertemu dengan cowok lain.." Kak Dino menggantung kata-katanya. Ini.. seperti.. ah! Gue panik otomatis.
"Aku menganggapnya biasa saja, hanya partner kerjanya. Tapi, kadang aku merasa ada yang janggal dari dirinya.. Sikapnya berbeda sejak ia bertemu dengan cowok itu. Aku akui, cowok itu memang tak selugu aku, Malam itu hujan deras.." Lagi-lagi dia memutus kata-katanya! Gue udah kelimpungan, hawa disini panas sekali, mencekik, aku menahan napas.
"Aku mengunjungi rumahnya dan bertemu mamanya. Mamanya bilang, dia sedang tak ada dirumah. Dan aku memutuskan untuk tetap menunggu. 2 Jam berlalu, aku menunggunya sampai jam 10 malam dirumahnya, sampai deru mobil diluar mengagetkanku, hujan masih dengan kejamnya mengguyur kota bandung. Aku keluar dari rumah. Mobil yang tak kukenal berhenti didepan rumahnya. Aku memutuskan untuk pulang.."

Kak Dino itu siapa?
Cerita itu.. cerita itu..
Gue..
Gue akhirnya menangis tanpa suara.
Mungkin dia..

"Aku berada tepat dibelakang mobil itu. Aku penasaran milik siapa mobil itu, nggak aku sangka. Di dalam mobil itu ada dia dan partner kerjanya itu.. Iya, dia pacarku. Dia.. sedang.. berciuman.. dengan.. partner kerjanya itu....... Aku hanya bisa membisu, tak melawan, aku masih mencintainya, aku masih menyayanginya. Mungkin, jika sekarang dia sedang mendengar ceritaku, aku bilang tak usah mencariku, memang aku menyayangimu, aku tau kamu lebih bahagia sama dia, Tak usah buang tenaga mencariku. Aku sudah pergi. Selamat tinggal." Putusnya, kemudian ada suara telpon ditutup. Aku menangis sejadi-jadinya.

Gue tau..
Yang dimaksud dia adalah gue..
D-I-N-O adalah D-I-O-N
Pacar gue yang lugu itu. Gue nggak bisa gini. Gue harus mencari Dion apapun alesannya. Diluar hujan, dan gue harus tetep ke kos an Dion. Gue pun lari keluar studio, nggak mikir apa-apa lagi selain DION! Ya! DION!
Gue berlari menembus hujan, sambil nangis, berantakan, kacau. Ah! persetan dengan itu! Aku memang salah, Gue masih mencintai Dion. Gue harus minta maaf sama dia. HARUS!

***

Di kos an Dion, gue ketuk pintu kamarnya berulang-ulang, masih nggak ada jawaban. Oh God, tolonglah aku, jangan ambil Dion.
"Renata?" Sebuah suara cowok mengagetkan gue. Oh bukan Dion :(
"Eh, Reza" Jawabku lemah
"Lo nyari siapa?" Tanya cowok bernama Reza itu
"Dion mana Za?"
"Dion.. udah.. pergi dari tadi" katanya menghela napas. Tubuh gue lemes seketika. Lutut gue juga langsung lemes. Gue memutuskan untuk duduk dibawah bersandar di pintu kamar Dion dan menangis sejadi-jadinya. Gue telat.. Dion udah pergi..
"Oh iya, Dion nitip ini ke gue" Reza mengeluarkan sepotong kertas yang dilipat dari kantongnya
Gue mengambilnya "Gue pergi dulu ya" ujar Reza.
Gue membuka lipatan kertas itu. Membaca nya sambil menangis.

Renata sayang,
Aku nggak marah kok sama kamu, dan aku nggak akan pernah bisa marah sama kamu. Nggak perlu minta maaf, aku udah maafin kamu. Renata, mungkin saat kamu baca ini, aku udah pergi jauh. Tapi tenang aja ya Re, aku masih disini. Apa kita ini masih bisa disebut pacaran? Ah entahlah, yang jelas aku sangat mencintaimu.
Rere, maaf aku nggak bilang apa-apa soal malam itu. Maaf aku akhir-akhir ini mulai menjauh darimu. Ini yang terbaik. Mungkin kamu lebih bahagia kalo sama Rico ya. Maaf, aku nggak bisa jadi yang terbaik buat kamu. Nggak bisa jadi apa yang kamu mau. Aku bukan Rico Re..
Oh ya Re, aku sama kamu jauh. Tapi kita masih bisa liat bulan yang sama kan? Pas aku pergi, kamu nggak boleh nangisin aku ya :) Aku sedih kalo kamu nangis, soalnya aku sayang sama kamu.
Hmm, Renata.. Jangan lupa yaa, salam buat mama kamu. Aku bakal kangen Muffin Cokelat buatan mamamu dan bakal kangen sama Pisang Cokelat Keju yang kamu buat khusus buat aku dulu..
Makasih yaa Renata :)
Dion :)


Gue langsung keluar, menatap bulan yang sama. Gue disini, Dion disana entah dimana
"DIIIOOOOONNNN!!!!!!!!!!!" Teriak gue, melepas semua beban. Menangisi dan menyesali apa yang udah gue lakuin dulu. Gue udah nyianyiain Dion.
Gue kangen elo Dion..
Sangat kangen..



PS: THE END!! Nggantung yah ceritanya? hehe, emang sengaja sih :p biar seru gitu. Thanks yak yang udah baca dari part 1 sampe part 10 yang terakhir ini. Love you guys <3 You rock /m/

Kamis, 17 November 2011

Renata 10 (This is the final..!!)

Suara gue menggantung di ujung telepon, menggigit bibir bawah. Entah kenapa, kali ini gue sangat gelisah.
"Ini tentang pacarku" lanjut suara bernama Kak Dino tadi.
"Oke, boleh dilanjutkan" kataku mengambang.
Diseberang sana, terdengar jelas helaan nafas panjang. "Dulu, aku sama pacarku baik-baik saja. Pergi berdua. Aku polos dia lucu. Dia adalah seorang penyiar radio. Ya! aku sangat mendukungnya. Ah, aku kadang meningat dia sebagai memori yang indah. Dia sebenernya lebih suka ngomong pake gue-lo. Tapi aku suruh dia pake kata aku-kamu, dan dia nurut gitu aja" Jeda cowok itu sambil tertawa kecil. Gue mulai ngerasa ada yang salah.

Ini ada apa?
Penyiar radio?
Siapa?
Kak Dino itu siapa?

"Dan sampai suatu saat, ada hal yang mengharuskan dia bertemu dengan cowok lain.." Kak Dino menggantung kata-katanya. Ini.. seperti.. ah! Gue panik otomatis.
"Aku menganggapnya biasa saja, hanya partner kerjanya. Tapi, kadang aku merasa ada yang janggal dari dirinya.. Sikapnya berbeda sejak ia bertemu dengan cowok itu. Aku akui, cowok itu memang tak selugu aku, Malam itu hujan deras.." Lagi-lagi dia memutus kata-katanya! Gue udah kelimpungan, hawa disini panas sekali, mencekik, aku menahan napas.
"Aku mengunjungi rumahnya dan bertemu mamanya. Mamanya bilang, dia sedang tak ada dirumah. Dan aku memutuskan untuk tetap menunggu. 2 Jam berlalu, aku menunggunya sampai jam 10 malam dirumahnya, sampai deru mobil diluar mengagetkanku, hujan masih dengan kejamnya mengguyur kota bandung. Aku keluar dari rumah. Mobil yang tak kukenal berhenti didepan rumahnya. Aku memutuskan untuk pulang.."

Kak Dino itu siapa?
Cerita itu.. cerita itu..
Gue..
Gue akhirnya menangis tanpa suara.
Mungkin dia..

"Aku berada tepat dibelakang mobil itu. Aku penasaran milik siapa mobil itu, nggak aku sangka. Di dalam mobil itu ada dia dan partner kerjanya itu.. Iya, dia pacarku. Dia.. sedang.. berciuman.. dengan.. partner kerjanya itu....... Aku hanya bisa membisu, tak melawan, aku masih mencintainya, aku masih menyayanginya. Mungkin, jika sekarang dia sedang mendengar ceritaku, aku bilang tak usah mencariku, memang aku menyayangimu, aku tau kamu lebih bahagia sama dia, Tak usah buang tenaga mencariku. Aku sudah pergi. Selamat tinggal." Putusnya, kemudian ada suara telpon ditutup. Aku menangis sejadi-jadinya.

Gue tau..
Yang dimaksud dia adalah gue..
D-I-N-O adalah D-I-O-N
Pacar gue yang lugu itu. Gue nggak bisa gini. Gue harus mencari Dion apapun alesannya. Diluar hujan, dan gue harus tetep ke kos an Dion. Gue pun lari keluar studio, nggak mikir apa-apa lagi selain DION! Ya! DION!
Gue berlari menembus hujan, sambil nangis, berantakan, kacau. Ah! persetan dengan itu! Aku memang salah, Gue masih mencintai Dion. Gue harus minta maaf sama dia. HARUS!

***

Di kos an Dion, gue ketuk pintu kamarnya berulang-ulang, masih nggak ada jawaban. Oh God, tolonglah aku, jangan ambil Dion.
"Renata?" Sebuah suara cowok mengagetkan gue. Oh bukan Dion :(
"Eh, Reza" Jawabku lemah
"Lo nyari siapa?" Tanya cowok bernama Reza itu
"Dion mana Za?"
"Dion.. udah.. pergi dari tadi" katanya menghela napas. Tubuh gue lemes seketika. Lutut gue juga langsung lemes. Gue memutuskan untuk duduk dibawah bersandar di pintu kamar Dion dan menangis sejadi-jadinya. Gue telat.. Dion udah pergi..
"Oh iya, Dion nitip ini ke gue" Reza mengeluarkan sepotong kertas yang dilipat dari kantongnya
Gue mengambilnya "Gue pergi dulu ya" ujar Reza.
Gue membuka lipatan kertas itu. Membaca nya sambil menangis.

Renata sayang,
Aku nggak marah kok sama kamu, dan aku nggak akan pernah bisa marah sama kamu. Nggak perlu minta maaf, aku udah maafin kamu. Renata, mungkin saat kamu baca ini, aku udah pergi jauh. Tapi tenang aja ya Re, aku masih disini. Apa kita ini masih bisa disebut pacaran? Ah entahlah, yang jelas aku sangat mencintaimu.
Rere, maaf aku nggak bilang apa-apa soal malam itu. Maaf aku akhir-akhir ini mulai menjauh darimu. Ini yang terbaik. Mungkin kamu lebih bahagia kalo sama Rico ya. Maaf, aku nggak bisa jadi yang terbaik buat kamu. Nggak bisa jadi apa yang kamu mau. Aku bukan Rico Re..
Oh ya Re, aku sama kamu jauh. Tapi kita masih bisa liat bulan yang sama kan? Pas aku pergi, kamu nggak boleh nangisin aku ya :) Aku sedih kalo kamu nangis, soalnya aku sayang sama kamu.
Hmm, Renata.. Jangan lupa yaa, salam buat mama kamu. Aku bakal kangen Muffin Cokelat buatan mamamu dan bakal kangen sama Pisang Cokelat Keju yang kamu buat khusus buat aku dulu..
Makasih yaa Renata :)
Dion :)


Gue langsung keluar, menatap bulan yang sama. Gue disini, Dion disana entah dimana
"DIIIOOOOONNNN!!!!!!!!!!!" Teriak gue, melepas semua beban. Menangisi dan menyesali apa yang udah gue lakuin dulu. Gue udah nyianyiain Dion.
Gue kangen elo Dion..
Sangat kangen..



PS: THE END!! Nggantung yah ceritanya? hehe, emang sengaja sih :p biar seru gitu. Thanks yak yang udah baca dari part 1 sampe part 10 yang terakhir ini. Love you guys <3 You rock /m/